Menu

Detoksifikasi Gadget: Trik Jitu Biar Anak Gak Tantrum dan Kecanduan, Seperti Apa?

21 Oktober 2021 16:35 WIB

Dokter Spesialis Anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA, MARS saat sesi webinar “Parenting Zaman Now: Optimalkan Tumbuh Kembang si Kecil Sejak dalam Kandungan”, Kamis (21/10/2021). (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Di era yang serba digital ini, terlebih saat pandemi seperti ini, tak mungkin rasanya menghindarkan gadget dari anak ya, Moms. Gadget atau TV seakan jadi cara paling mudah yang dilakukan orang tua untuk membuat anak tetap anteng dan gak rewel.

Gadget sebenarnya juga bermanfaat untuk anak agar si kecil ‘melek’ teknologi sejak dini. Namun, sebelum mengenalkan gadget pada anak, Moms sebaiknya memahami aturannya terlebih dahulu. Sebabnya, bukan tak mungkin nantinya gadget justru akan membuat si kecil kecanduan dan juga bisa berdampak buruk terhadap tumbuh kembangnya.

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA, MARS., gadget memiliki pengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak baik fisik dan mental, diantaranya? menurunkan perkembangan otak, menurunkan kemampuan interaksi sosial, merusak penglihatan, mengurangi minat bermain di alam terbuka, dan akan membuat anak lebih tempramental, agresif dan tantrum. Karenanya, kata dr. Tiwi, sapaan akrabnya, penggunaan gadget pada anak harus dibatasi.

“Pemberian gadget inipun akan membuat distracted parenting atau gaya pengasuhan yang terdistraksi. Ini merupakan fenomena yang dimaknai sebagai penggunaan teknologi yang berlebih, khususnya untuk pemakaian ponsel, tablet, dan laptop, TV, ketika sedang bersama anak. Gaya pengasuhan ini menghadirkan fisik, tapi tanpa kontak emosi,” tutur dr. Tiwi, saat sesi webinar “Parenting Zaman Now: Optimalkan Tumbuh Kembang si Kecil Sejak dalam Kandungan”, sebagaimana dipantau HerStory, Kamis (21/10/2021).

Lebih lanjut, dr. Tiwi bilang, ia tak melarang orang tua untuk membiarkan si kecil menggunakan gadget atau menonton T V. Namun, dr Tiwi berpesan, agar orang tua tak melakukannya ketika sedang bersama buah hati mereka.

"Karena akibat dari distracted parenting ini salah satunya adalah terjadi peningkatan 10% angka kecelakaan dialami anak balita akibat orang tua lalai memerhatikan, karena menggunakan ponsel. Kemudian, anak-anak cenderung menunjukan perilaku berisiko tinggi, seperti misalnya ketika bermain seluncurna, dia akan meluncur dengan kepala lebih dulu. Lalu dia akan mendorong anak lain, atau melompat dari ayunan yang berayun cepat. Hal berisiko seperti itu akan terjadi jika saat mengasuh anaknya, orang tua hanya memerhatikan ponsel,” papar dr. Tiwi.

Lalu kapan waktu yang tepat mengenalkan anak dengan gadget? dr. Tiwi mengatakan, orang tua sebaiknya menghindarkan anak dari paparan gadget hingga anak bisa berceloteh dengan sempurna. Pasalnya, anak-anak yang tak terpapar gadget sejak kecil, sambung dia, akan jauh lebih pintar dan responsif ketimbang anak-anak yang terus terpapar gadget.

“Karenanya, orang tua juga harus bisa melakukan detoksifikasi gadget. Sadari seberapa banyak waktu yang digunakan untuk mengakses ponsel. Dan, jauhkanlah ponsel ketika berinteraksi dengan anak, sehingga Anda bisa fokus pada kebutuhan mereka. Lalu, tentukanlah waktu yang sama dalam sehari untuk berinteraksi intens dengan anak. Dan, buatlah kesepakatan yang mengikat seluruh keluarga agar tak mengakses ponsel saat bersama, misalnya saat makan, atau sedang berekreasi. Matikan koneksi wifi pada saat-saat tertentu di rumah, seperti itu,” jelas dr. Tiwi.

Lantas, bagaimana mengatasi anak tantrum di masa pandemi? Dikatakan dr. Tiwi, Sikap agresif dan tantrum ini merupkan akibat dari paparan gadget atau TV yang terlalu berlebihan. Jadi nomor satu, kata dia, solusinya adalah hindarkan kedua barang tersebut tanpa kompromi.

“Solusinya ya hindarkan dengan gadget dan TV itu, karena dia akan kurang tidur. Kalau kurang tidur akan mudah tantrum. Kalau semuanya udah dihilangkan, perbanyaklah outdoor activity, gak harus jauh-jauh kok, cukup di depan rumah aja. Itu akan membuat otak anak lebih rileks. Kalau semua sudah dikerjakan tapi anak tetap saja tantrum, biarkan aja. Biarkan anak tantrum, gak usah dirayu-rayu. Tapi yang penting penyebab tantrumnya harus diidentifikasi,” terang dr. Tiwi.