Menu

Si Kecil Alami Gangguan Tidur? Jangan Diabaikan Moms, Dampaknya Fatal!

07 Desember 2021 11:17 WIB

Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SP. A (K). (Riana/HerStory)

HerStory, Bogor —

Moms, bagi bayi dan anak-anak, tidur adalah kegiatan yang sama pentingnya dengan makan, minum, bahkan bermain. Si kecil butuh tidur agar tubuhnya beristirahat, segar dan mendapatkan energi baru. 

Namun ternyata, selama pandemi hampir dua tahun ini kasus anak dengan masalah tidur ini cukup meningkat. Keluhannya macam-macam, ada yang sering terbangun dan menangis di malam hari, selalu menunda waktu tidur, terbiasa bermanin gadget sebelum tidur, harus ditemani saat tidur, dan tidur larut setiap malam.

Terkait hal itu, Dokter Anak sekaligus Pediatri Sosial dan Tumbuh Kembang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SP. A (K)., pun menekankan pentingnya tidur bagi anak. Menurutnya, selain nutrisi, tidur juga sangat penting untuk tumbuh kembang anak.

“Jadi hanya beranggapan kalau pertumbuhan badan anak hanya dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas fisik saja. Kurang tidur juga nyatanya bisa memengaruhi pertumbuhan badan si kecil. Karena, kondisi ini bisa mengganggu hormon pertumbuhan dan regenerasi sel-sel tubuhnya. Ujung-ujungnya, anak bisa mudah sakit karena menurunnya kualitas sistem imun. Gak cuma itu, memori anak juga akan berkurang dan juga bisa menimbulkan stress ya karena mengantuk, mempengaruhi pola makannya juga, serta akan mempengaruhi kecerdasannya, fokusnya juga akan berkurang karena dia mengantuk,” papar Prof. Rini, saat webinar ‘Meet The Professors’ dalam rangka edisi #TentangAnakNomor1, sebagaimana dipantau HerStory, belum lama ini.

Prof. Rini juga menambahkan, tidur dengan nyenyak tak hanya bagus untuk perkembangan si kecil, tetapi juga untuk kesejahteraan orang tua. Bayi atau anak yang tidur dengan pulas juga dapat membuat orang tua merasa lebih bahagia, tentram, dan tidur tanpa rasa cemas.

“Ya, dampaknya juga bakal dirasakan oleh orang tua dan pengasuh. Jika anaknya sering terbangun saat malam, maka paginya juga orang tua jadi gak bisa bekerja secara optimal,” imbuhnya.

Karena itu, kata Prof. Rini, penting bagi orang tua untuk lebih aware terhadap masalah perilaku tidur pada anak ini, jangan dianggap sepele. Pasalnya, kata Prof. Rini, tidur berkualitas ini penting untuk perkembangan kognitif dan tingkah laku pada awal kehidupan anak.

“Otak berubah dengan cepat selama periode anak. Kondisi antara serabut saraf otak menjadi lebih kuat saat tidur. Dan saat ini, prevalensi gangguan tidur anak cukup banyak, yakni 10-40%, dan dalam beberapa tahun terakhir jumlah anak dan remaja sehat yang tidurnya tidak adekuat semakin meningkat. Nah, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi ini adalah semakin berkurangnya perilaku tidur yang positif atau buruknya sleep hygiene,” beber Prof. Rini.

Adapun, sleep hygiene atau kebersihan tidur adalah teknik yang melatih perilaku dan lingkungan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas tidur yang lebih baik. Dikatakan Prof. Rini, pola tidur sehat ini dapat membuat kebiasaan tidur yang lebih baik dan lebih disiplin juga konsisten untuk menjalaninya. Hal tersebut juga dapat membantu untuk memperbaiki jam tidur yang berantakan dan mengatasi gangguan tidur.

"Jika si kecil kesulitan tidur, buatlah suasana lingkungan kamar yang kondusif. Lakukan juga sleep hygiene setiap hari, yakni membersihkan tubuh si kecil, melakukan pijatan lembut, dan suasana yang tenang menjelang tidur. Atau orang tua juga bisa memberikan rutinitas yang sama kepada si kecil sebelum mereka tidur. Misalkan meredupkan lampu kamar, agar si kecil mengetahui perbedaan siang dan malam. Lama-lama si kecil akan paham kapan waktunya dia tidur. Dan ini harus diajarkan saat bayi menginjak usia 3 bulan,” saran Prof. Rini.

Lebih lanjut, Prof. Rini memaparkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan bayi atau anak sulit tidur hingga akhirnya jam tidurnya kurang. Salah satunya adalah masalah kesehatan atau penyakit yang diderita.

“Yang pertama harus dilihat, apakah ada masalah kesehatan atau penyakit yang diderita si kecil. Beberapa penyakit yang dapat dialami anak seperti alergi seperti bersin-bersin atau gatal, sehingga saat tidur, anak akan terbangun. Lalu bayi yang sering pilek atau batuk-batuk saat malam hari dapat mengganggu tidurnya. Atau apakah si anak memiliki gangguan percernaan. Kalau malam itu akan terasa. Jadi pastikan dulu anak tidak sakit, kalau sakit tentunya harus ditangani dulu penyakitnya,” paparnya.

Selain karena sakit, menurut dokter yang praktik di RSIA Bunda Jakarta ini, bisa jadi faktor bayi sulit tidur karena suhu kamar yang panas atau bahkan terlalu dingin. Selain itu, bisa juga karena kondisi kamar yang terlalu bising atau ribut saat anak tidur. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan tidur, termasuk adanya media elektronik seperti TV di kamar.

“Peringatan buat orang tua, sebaiknya gak meletakkan TV di kamar. Jauhkan segala aktivitas menonton atau screentime sebelum tidur. Mendengarkan musik boleh, asal gak melihat tontonan visual. Dan ingta, harusnya bedtime itu, baik weekday atau weekend itu sama, harus jam 8 malam. Atau paling telat jam 9 malam,” imbuh Prof. Rini.