Menu

Ternyata Di Usia Pernikahan Ini Pria Maupun Wanita Rawan Selingkuh, Hati-hati Moms!

10 Desember 2021 22:10 WIB

Ilustrasi pasangan yang sedang bertengkar (KataHappyHouse/Edited by HerStory)

HerStory, Bekasi —

Ancaman perselingkuhan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan pun. Perselingkuhan akan menyebabkan bahtera rumah tangga menjadi retak atau nggak harmonis. Baik pria atau wanita sama-sama berpeluang melakukannya.

Sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Sex Research mengungkapkan, bahwa wanita lebih jarang berselingkuh dibanding pria. Sebanyak 44 persen wanita berusia di bawah 30 tahun menegaskan akan mengakhiri hubungan jika seorang pria gak lagi setia.

Sedang wanita umur 40-an memiliki persentase hanya 28 persen dan wanita 60-an sebanyak sebelas persen. Ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia, wanita cenderung lebih menolerir perselingkuhan yang dilakukan pasangan.

Dalam hubungan pernikahan, peneliti menemukan bahwa ada perbedaan kecenderungan pria dan wanita untuk melakukan perselingkuhan. Wanita kemungkinan besar akan selingkuh di usia pernikahan enam sampai sepuluh tahun. Sementara pria lebih tertarik berselingkuh setelah menikah selama sebelas tahun.

Sedikitnya dua ribu orang Amerika dan Eropa menjadi responden Superdrug’s Doctor Online tentang alasan pria dan wanita selingkuh. Penyebab utama para wanita berselingkuh adalah merasa tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari pasangan mereka.

Sementara kaum pria menjawab alasannya selingkuh karena melihat perempuan lain lebih menggoda dibandingkan istrinya. Kendati tidak seratus persen akurat, temuan ini bisa menjadi pengingat bahwa perselingkuhan sangat mungkin. Anda juga perlu memupuk hubungan dengan pasangan agar terhindar dari kasus perselingkuhan.

Berikut tips yang bisa dilakukan ketika suami atau istri Anda berselingkuh:

1. Kuatkan mental

Jangan kaget jika pasangan Anda menolak semua sangkaan dan memberikan sejuta alasan. Pelaku perselingkuhan pun sering menggunakan cara untuk memanipulasi pasangan dengan mengklaim bahwa Anda bersikap tidak rasional, berlebihan, atau paranoid. Bahkan, dia bisa berbalik menyerang untuk menyalahkan Anda.

2. Paparkan bukti-buktinya

Tanpa bukti, Anda bisa saja akan dianggap mengada-ada. Cobalah berbicara kepada pasangan sambil menyodorkan bukti tak terbantahkan semisal pesan teks, panggilan telepon, atau foto. Bicarakan baik-baik tanpa perlu bersikap kasar.

3. Jangan menyerang pasangan

Anda perlu mendekati pasangan Anda dengan cara yang rasional dan tidak mengancam. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kebenaran dengan mendengarkan pengakuan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Setelah itu Anda dan pasangan bisa mencari jalan keluar terbaik.

4. Mulai pembicaran, bukan perdebatan

Mulailah percakapan dengan membicarakan diri sendiri dan memulai setiap kalimat dengan kata ‘aku’, bukan ‘kamu’. Strategi ini bisa membantu pasangan Anda untuk tetap tenang dan tidak merasa disalahkan.

Selanjutnya, Anda jangan menghakimi pasnagan dengan kata seperti “Aku mau ngomong serius sama kamu. Ada satu hal yang akhir-akhir ini sungguh mengganggu pikiranku.”

Ketika pasangan mulai membuka diri, Anda disarankan jangan membombardirnya dengan pertanyaan. Sebab, terlalu banyak pertanyaan yang memojokkan justru membuat orang akan menutup diri bersikap defensif, hingga berbohong.

Lihat Sumber Artikel di GenPI

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan GenPI. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.