Menu

Selamat Hari Kartini! 20 Quotes RA Kartini Soal Emansipasi dan Pendidikan yang Penuh Inspirasi

21 April 2022 09:45 WIB

Raden Ajeng Kartini.(Pinterest/Edited by HerStory)

HerStory, Medan —

Raden Ajeng Kartini merupakan pahlawan kemerdekaan Indonesia yang bergerak untuk memperjuangkan emansipasi wanita. Setiap tanggal kelahirannya yaitu 21 April ditetapkan sebagai Hari Kartini.

Kartini selalu menggaungkan emansipasi dan memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum wanita. Lewat untaian kalimat ia berhasil mengobarkan semangat perjuangan khususnya bagi kaum hawa.

Untuk memperingati momen spesial ini, Herstory sudah merangkum 20 quotes Kartini dalam Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak Sang Pejuang Emansipasi oleh Ahmad Nurcholish (2018) menyangkut emansipasi dan pendidikan. Yuk, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini, Kamis (21/4/2022).

1. “Bermimpilah, bermimpilah, dengan hal yang demikian hatimu merasa berbahagia, mengapatah akan tidak?” ? R.A. Kartini.

2. “Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang, itulah semboyanku! Maju! Semua harus dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia!” ? R.A. Kartini.

3. “Cita-cita itu ialah memperindah martabat manusia, memuliakannya, mendekatkan pada Kesempurnaan.” ? R.A. Kartini, dalam Brieven Aan Mevrouw R.M. Abendanon Mandri En Haar Echtgenoot Met Andere Documenten.

4. “Apakah gunanya memaksa orang laki-laki menyimpan uang, apabila perempuan yang memegang rumah tangga tiada tahu akan harga uang itu!” ? Raden Adjeng Kartini.

5. “Kalau anak laki-laki itu mementingkan diri sendiri, maka itu bukan salah mereka, itu terletak pada pendidikannya, mereka dibuat demikian. Mereka mendapat semuanya, boleh semuanya dan apa yang tidak mereka ambil, itu baik untuk anak-anak perempuan.” ? Kartini, dalam Brieven Aan Mevrouw R.M. Abendanon Mandri En Haar Echtgenoot Met Andere Documenten.

6. “Aduhai, hidup itu penuh dengan keindahan, asalkan saja kita hendak melihatnya biarpun banyak juga perkara yang sungguh-sungguh sedih; maka jadi kewajiban kitalah memperbanyak barang yang indah itu dan mengurangi yang sedih.” ? Raden Adjeng Kartini, dalam Habis Gelap Terbitlah Terang.

7. “Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan lelah untuk berusaha gigih membela semua yang baik.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

8. “Orang mencoba membohongi kami, bahwa tidak kawin itu bukan hanya aib, melainkan dosa besar pula. Telah berulang kali itu dikatakan kepada kami. Aduhai! Dengan menghina sekali orang sering kali membicarakan perempuan yang membujang!” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

9. “Sebab barang siapa tidak dapat merasakan sakit, dia juga kebal terhadap rasa gembira. Barang siapa tidak menderita, tidak juga dapat merasakan nikmat yang sesungguhnya.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

10. “Tidak menjadi soal bagaimana caranya mengabdi kepada kebaikan, asalkan baik saja.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

11. “Bermimpilah terus, bermimpilah terus, bermimpilah selama kamu dapa bermimpi! Apabila tiada mimpi, apakah jadinya hidup? Keadaan yang sesungguhnya biasanya sangat kejam. - R.A. Kartini.

12. “Hormati segala yang hidup, hak-haknya,  perasaannya.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

13. “Alangkah ajaibnya rasa kasih sayang. Rasa cinta adalah surga dan neraka yang menjadi satu.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

14. “Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

15. “Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya.”  - R.A. Kartini.

16. “Tetapi apalah artinya pandai dalam ilmu yang hendak diajarkan itu, apabila ia tidak dapat menerangkan secara jelas kepada murid-murid.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

17. “Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan juga sebagai pendidik budi pekerti.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

18. “Dan terhadap pendidikan itu janganlah hanya akal yang dipertajam, tetapi budipun harus dipertinggi.” ? R.A. Kartini dalam Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

18. “Perkembangan intelektual masih belum merupakan surat ijazah untuk kesusilaan.” ? Kartini, dalam Brieven Aan Mevrouw R.M. Abendanon Mandri En Haar Echtgenoot Met Andere Documenten.

“20. Bayangkan sekolah tanpa anak, guru tanpa murid.”  - R.A. Kartini.

Artikel Pilihan