Menu

3 Cara Memancing Anak Pendiam untuk Menceritakan Emosinya

10 Desember 2020 17:05 WIB

Anak pukul kepala sendiri (Google / The Asian Parent)

HerStory, Jakarta —

Moms, bantu perkembangan emosional anak dengan kiat-kiat ahli tentang membantu anak-anak mengekspresikan perasaan mereka saat mereka kesal.

Menamai dan memvalidasi perasaan kesal anak adalah taktik pengasuhan yang baik, tetapi mungkin enggak berhasil pada setiap anak. Jika si kecil sering menutup diri atau memprotes ketika kamu bertanya ada apa, cobalah strategi alternatif ini, yang paling cocok untuk anak-anak berusia 5 tahun ke atas.

1. Mendekat dalam diam

Hadir dan tetap tenang untuk memvalidasi dan terhubung dengan anak-anak. Moms bisa mulai dengan menarik napas dalam-dalam dan mengulangi mantra diam, seperti "Enggak ada yang salah denganku. Enggak ada yang salah dengan anakku. Aku bisa mengatasi ini." 

Saat berbicara dengan anak dalam masa emosi, tetap gunakan frasa tanpa perasaan. Seperti, "Aku di sini bersamamu." 

2. Kembangkan metafora untuk emosi yang besar.

Ini akan memberikan cara untuk berkomunikasi dengan anak tanpa melakukan percakapan langsung tentang mereka. Di saat-saat hening, kamu bisa berkata: “Pernahkah kamu mengira perasaan bekerja seperti lift? Bayangkan ada satu di lobi. Ia bergerak ke atas ke lantai dua, lalu empat, dan kemudian ia harus segera pergi ke atap sebelum ia dapat perlahan-lahan turun kembali. Beberapa tubuh orang bekerja seperti itu." 

Jangan berkecil hati jika si kecil enggan mengatakan apa-apa sebagai balasannya. Teruskan dan percayalah bahwa mereka telah memikirkan upaya Moms untuk memahami dan memproyeksi emosinya sendiri agar membaik.

3. Ubah menjadi permainan.

Untuk membantu anak menyesuaikan emosi mereka sendiri, cobalah Rating Game. Setelah anak tenang, katakan, "Aku akan bertanya tentang sesuatu yang terjadi. Jika dirasa sudah pas, beri aku jempol. Jika tercampur, berikan jempol ke samping. Jika semuanya salah, jempol ke bawah." 

Mulailah dengan interpretasi yang akan membuat kamu tertawa dan jempol ke bawah. Contohnya saat ia pulang selesai bermain dan dia malah emosi, cobalah untuk menggunakan lelucon jelek.

“Saat tadi bermain sepak bola, kamu kesal karena alien datang dan mencuri bolanya!"

Anak-anak mungkin akan tertawa, setelah tertawa, mulai katakan dengan serius.

“Atau karena kamu ingin mencetak gol dan menjadi frustrasi karena enggak bisa melakukannya?” 

Saat anak mengacungkan jempol, jangan bereksplorasi lebih jauh. Anda dapat memvalidasi dengan, "Aku mengerti."

Kemudian tanyakan, “Apakah kamu ingin melanjutkan permainan ini? Beri gerakan jempol untuk memberi tahu."

Jika anak malah mengalami ledakan emosi besar yang membuat kamu kewalahan dan hal ini terus berulang direkomendasikan untuk mencari nasihat profesional.