Menu

Benarkah Bayi Bisa Alergi ASI? Ini Faktanya Moms

29 April 2021 09:00 WIB

Ilustrasi seorang ibu sedang menyusui anaknya. (pinterest/freepik)

HerStory, Bandung —

Ketika timbul eksim atau bintik merah pada kulit bayi yang masih mengonsumsi ASI eksklusif, tak sedikit Moms mengira bahwa bayinya alergi terhadap ASI. Wah, bayi bisa alergi terhadap air susu ibunya sendiri, ya?

Ternyata anggapan alergi ASI bukan seperti itu pengertiannya. Banyak yang salah kaprah menganggap bahwa bintik merah yang timbul akibat si bayi terpapar atau terkena ASI secara langsung. Padahal, yang terjadi adalah bayi sensitif terhadap asupan tertentu yang dikonsumsi si ibu dan sampai ke bayi melalui ASI. 

Mengutip dari berbagai sumber, (29/04/2021) umumnya yang menjadi penyebab terjadinya alergi pada bayi adalah karena asupan tersebut mengandung protein, dan pelaku utamanya, yakni berkisar 50-65 persen adalah protein susu sapi. Sehingga ketika bayi mengonsumsi ASI dari ibunya, ia akan mengalami reaksi alergi.

Selain protein pada susu sapi dan produk turunannya seperti mentega, keju, biskuit dan makanan lainnya yang mengandung susu sapi; telur, kacang-kacangan seperti kacang kedelai, jagung, stroberi, sitrus pada jeruk dan seafood pun bisa memberikan pengaruh pada alergi tersebut.

Efek atau gejala ringan atau yang sering terjadi akibat alergi adalah eksim (eksema) pada kulit yang terjadi pada daerah-daerah khas atau atopi, misalnya daerah pipi saja atau di daerah-daerah lipatan saja (seperti siku dan lutut) berupa bintik-bintik kecil dan bisa juga disertai dengan warna yang memerah.

Selain itu, terdapat gangguan juga pada saluran cerna yang bisa terjadi secara bersamaan dengan eksema pada kulit atau salah satunya. Gangguan pada saluran cerna yang terjadi itu berupa buang air besar yang berdarah dan paling banyak muncul pada usia 2-6 minggu.

Umumnya gejala alergi seperti eksema dapat menghilang dalam 72-96 jam. Sedangkan untuk gejala saluran cerna seperti buang air besar berdarah akan menghilang dengan waktu yang lebih lama yaitu berkisar dua mingguan.

Sedangkan gejala berat yang terjadi adalah jika bayi tersebut sampai mengalami diare dan muntah.

Mengatasi “alergi ASI” bukanlah dengan menghentikan pemberian ASI. Jika ASI eksklusif ini dihentikan dan diganti dengan pemberian susu formula justru akan semakin mengurangkan nilai gizi yang diterima oleh si bayi. Nilai gizi ASI adalah yang terbaik, tidak dapat digantikan oleh susu formula yang mahal sekalipun.

Jadi, tetaplah terus memberikan ASI eksklusif pada bayi namun ibu menyusui perlu melakukan pemilihan asupan untuk dikonsumsi.