Menu

Penyintas COVID-19 juga Wajib Vaksin, Ini 2 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Disuntik

12 Oktober 2021 14:15 WIB

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/nz)

HerStory, Jakarta —

Program vaksinasi sudah digalakkan oleh pemerintah sejak awal tahun 2021 lalu. Namun, hingga kini masih cukup banyak masyarakat yang belum divaksin karena beberapa alasan.

Salah satu alasan yang paling banyak adalah karena sudah terinfeksi COVID-19 atau disebut penyintas. Namun, World Health Organization (WHO) menganjurkan agar penyintas COVID-19 tetap melakukan vaksinasi. Hal ini penting dilakukan karena vaksin berfungsi sebagai peningkat sistem kekebalan tubuh.

Dilansir dari covid19.go.id (12/10/2021) Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan mengatakan berdasarkan banyak penelitian saat ini bahwa jika Anda pernah mengalami infeksi yang sangat ringan atau tanpa gejala, maka banyak orang mungkin memiliki tingkat antibodi yang sangat rendah yang mereka bentuk.

Ada dua hal utama yang harus diperhatikan ketika seorang penyintas COVID-19 hendak melakukan vaksinasi, yaitu:

1. Waktu

Hal pertama yang harus diperhatikan penyintas sebelum vaksin COVID-19 adalah waktu. Soumnya mengungkapkan setelah pulih dari COVID-19 disarankan menunggu beberapa minggu. Ada perbedaan antar negara. Beberapa negara merekomendasikan agar orang menunggu selama tiga bulan atau enam bulan sampai setelah infeksi.

“Ini karena Anda memiliki antibodi alami yang akan membuat Anda terlindungi setidaknya selama itu,” ungkap Soumya.

Hal lain lantaran di banyak negara ada kekurangan pasokan vaksin sehingga mereka meminta orang yang telah terinfeksi untuk menunggu selama tiga atau enam bulan. Akan tetapi dari sudut pandang ilmiah dan biologis, Anda dapat mengambil vaksin segera setelah Anda sepenuhnya pulih dari COVID-19.

2. Antibodi

Selain waktu, penyintas juga perlu memperhatikan antibodi. Ada perbedaan kondisi antibodi seseorang yang belum melakukan vaksin dan seseorang yang telah melakukan vaksin dosis lengkap COVID-19. Soumya memaparkan jenis kekebalan yang berkembang setelah infeksi alami bervariasi pada setiap orang dan sangat sulit untuk diprediksi.

“Vaksin telah distandarisasi dalam hal dosis antigen yang diberikan, dan ini didasarkan pada banyak uji klinis yang telah dilakukan. Jadi ketika seseorang menerima vaksin, kita bisa cukup percaya diri dan memprediksi jenis respons kekebalan yang akan mereka dapatkan,” paparnya.

“Ada penelitian yang sangat menarik yang sedang berlangsung sekarang untuk melihat respon imun ketika seseorang memiliki dosis vaksin setelah mengalami infeksi alami dan juga ketika dua jenis vaksin yang berbeda diberikan satu demi satu, sehingga disebut pendekatan mix and match,” kata Soumya.

Oleh sebab itu, para ilmuwan percaya bahwa jenis pendekatan hibrida ini sebenarnya dapat memberi respons kekebalan yang jauh lebih kuat daripada sekadar infeksi alami saja.