Menu

Jangan Asal Memberikan Hukuman Pada Anak, Kenali Prinsipnya Dulu

01 November 2021 23:50 WIB

Ilustrasi orang tua menjelaskan pendidikan seks kepada anak (LiveAbout/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Selama masa perkembangan, anak pasti melakukan kesalahan. Saat itu terjadi, beberapa orang tua lebih memilih memberi hukuman mengurung anak di kamar atau dikunci di luar rumah, daripada memberikan hukuman yang bersifat fisik pada anak. Hal ini dilakukan agar anak bisa merenungi dan mau memperbaiki kesalahannya. 

Hukuman mengurung anak sering dipakai orang tua sebagai salah satu teknik mendisiplinkan anak. Hal ini dilakukan ketika anak melakukan hal yang tidak baik, tidak pantas atau melakukan kesalahan yang tidak bisa ditolerir orang tua. 

Psikolog menyebut bentuk hukuman ini sebagai isolasi sosial. Isolasi sosial dilakukan dengan memisahkan anak dari orang tua dan anak-anak  di sebuah ruangan atau tempat tertentu. Melalui isolasi sosial, secara tidak sengaja, orang tua memberi pesan kepada anak bahwa kesalahannya tidak bisa diterima.

hukuman mengurung anak sebenarnnya bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan orang tua. Psikolog Mary C. Lamia mengatakan bahwa mengurung anak di kamar atau di luar, mengakibatkan orang tua akan sulit mengarahkan dan memahami tentang kesalahannya.

Bukannya memperbaiki kesalahan, anak cenderung untuk merespons hal tersebut dengan menyerang diri sendiri, menyerang orang lain, menarik diri atau menghindari orang yang membuatnya kesal. Dengan demikian, arahan dari orangtua tidak akan lagi mempan padanya.

Para pendidik dan psikolog menyarankan agar hukuman yang diberikan adalah mencabut apa saja yang menjadi kesenangannya, semisal dilarang menonton televisi atau bermain ke luar rumah.

Dilansir dari laman Akurat.co (01/11/2021) Oleh karena itu, sebelum menghukum anak, orang tua perlu memahami enam prinsip dasar pemberian hukuman pada anak:  

Tetapkan hukuman bersama

Ketika orangtua membuat hukuman, sepakatilah bersama anak-anak. Pastikan anak sudah mengetahui sebelumnya sanksi yang mereka terima ketika mereka berbuat kesalahan.

Jangan menunda hukuman

Jangan menunda pemberian humanpada keesokan harinya, karena anak merasa hukuman sebagai permasalahan yang diungkit-ungkit dan membuatnya merasa dibenci.

Berikan hukuman yang sesuai

Jangan memberi sanksi yang berlebihan, karena anak akan menganggap orangtua membencinya, bukan mengoreksi kesalahan yang dilakukannya

Misalnya, anak merusak mainan temannya karena marah, maka dia harus menggantinya dengan salah satu mainannya daripada mengurungnya berjam-jam di kamar mandi atau di luar rumah.

Perhatikan batas waktunya

Tak perlu berpanjang-panjang waktu dalam memberikan hukuman. Misalnya, memberikan 5 menit di pojok diam untuk anak prasekolah adalah waktu yang maksimal.

Tunjukkan akibat

Hukum dapat diberikan dengan membiarkan anak merasakan akibat dari perbuatannya. Contoh, jika dia tidak mau makan, dia akan lapar dan lemas saat bermain. Bisa juga, jika anak tidak mau mengenakan pakaian, dia akan kedinginan, tapi harus diperhatikan batas waktunya.

Berikan penghargaan atas usahanya

Berikan pujian atau pelukan ketika anak telah bertingkah laku dengan baik atau telah mencapai target perilaku yang diharapkan berubah, setelah dihukum.

Lihat Sumber Artikel di Akurat

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Akurat. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.