Menu

Berhenti Memukul! Gunakan 8 Cara Ini untuk Disiplinkan Anak, Time Out

30 November 2021 16:40 WIB

Ilustrasi orang tua sedang memarahi anaknya. (freepik/edited by HerStory)

HerStory, Bekasi —

Masih banyak orang tua yang suka memukul anaknya jika Si Kecil berbuat salah. Orang tua menganggap memukul merupakan cara tercepat dan paling efektif untuk mengubah perilaku anak.

Namun, sebuah penelitian menunjukkan hukuman fisik memiliki konsekuensi jangka panjang bagi anak-anak. Jadi, berhenti memukul anak untuk mendisiplinkannya. 

Berikut delapan cara untuk mendisiplinkan anak tanpa menggunakan hukuman fisik.

Time-out

Memukul anak-anak karena perilaku buruk (terutama agresi) mengirimkan pesan yang beragam. Anak akan bertanya-tanya mengapa Moms boleh memukulnya, tetapi dia tidak boleh memukul saudaranya. Menempatkan anak di time-out bisa menjadi alternatif yang jauh lebih baik. Ketika dilakukan dengan benar, time-out mengajarkan anak bagaimana menenangkan diri, yang merupakan keterampilan hidup yang berguna.

Tetapi agar time-out menjadi efektif, anak perlu memiliki banyak waktu positif dengan orang tua mereka. Kemudian, ketika menghadapi suatu situasi, mereka akan mulai belajar mengatur diri sendiri, mengekspresikan emosi dengan tepat, dan membuat pilihan yang berbeda di masa depan.

Kehilangan hak istimewa

Bukan untuk menghukum anak agar tunduk, tetapi untuk membantunya belajar membuat pilihan yang lebih baik demi masa depan. Jika dia membuat pilihan yang buruk, ajari bahwa ada konsekuensi, yaitu hilangnya hak istimewa.

Kerugian harus terkait dengan perilaku

Jelaskan kapan hak istimewa dapat diperoleh kembali. Biasanya, 24 jam cukup lama untuk mengajari anak belajar dari kesalahannya. Jadi, Moms mungkin berkata, "Kamu kehilangan TV sepanjang hari, tetapi bisa mendapatkannya kembali besok dengan membereskan mainanmu saat pertama kali diminta."

Mengabaikan perilaku buruk ringan

Pengabaian selektif sebenarnya bisa lebih efektif daripada memukul. Ini bukan berarti kamu mengabaikan anakmu saat melakukan sesuatu yang berbahaya atau tidak pantas. Tapi kamu bisa mengabaikan perilaku mencari perhatian.

Ketika anak mencoba mendapatkan perhatian dengan merengek atau mengeluh, jangan berikan itu padanya. Lihatlah ke arah lain, berpura-pura tidak dapat mendengarnya dan gak menanggapi. Kemudian, ketika dia bertanya dengan baik atau berperilaku baik, kembalikan perhatian kepadanya. Seiring waktu, anak akan belajar bahwa perilaku sopan adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhannya.

Mengajarkan keterampilan baru

Salah satu masalah utama dengan memukul adalah bahwa hal itu gak mengajarkan anak  bagaimana berperilaku lebih baik. Memukul anak karena marah, gak akan mengajari cara menenangkan diri saat hal yang sama terjadi lagi. Ketika Moms mengajarkan keterampilan memecahkan masalah, mengelola emosi dan kompromi, itu dapat sangat mengurangi masalah perilaku. Gunakan disiplin yang ditujukan untuk mengajar, bukan menghukum.

Konsekuensi logis

Konsekuensi logis adalah cara yang bagus untuk membantu anak-anak yang berjuang dengan masalah perilaku tertentu. Konsekuensi logis secara khusus terkait dengan perilaku buruk.

Misalnya, jika anak gak makan malam, jangan biarkan dia makan camilan sebelum tidur. Atau jika dia menolak untuk membereskan mainan, jangan biarkan bermain selama sisa hari itu. Menghubungkan konsekuensi langsung ke masalah perilaku membantu anak melihat bahwa pilihannya memiliki konsekuensi langsung.

Konsekuensi alami

Konsekuensi alami memungkinkan anak-anak untuk belajar dari kesalahannya sendiri. Misalnya, jika anak mengatakan gak akan memakai jaket, biarkan dia keluar dan kedinginan—asalkan aman untuk melakukannya. Gunakan konsekuensi alami ketika Moms berpikir anak akan belajar dari kesalahan mereka sendiri. Pantau situasinya untuk memastikan bahwa anak gak akan mengalami bahaya.

Hadiah untuk perilaku baik

Alih-alih memukul anak karena perilakunya yang salah, beri dia hadiah untuk perilaku yang baik. Misalnya, jika anak sering bertengkar dengan saudara kandungnya, buatlah sistem penghargaan untuk memotivasinya agar bisa bergaul dengan lebih baik.

Memberikan insentif untuk berperilaku dapat mengubah perilaku buruk dengan cepat. Hadiah membantu anak-anak untuk fokus pada apa yang perlu dia lakukan untuk mendapatkan hak istimewa, daripada menekankan perilaku buruk yang seharusnya dihindari.

Lihat Sumber Artikel di Akurat

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Akurat. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.