Menu

'Pendidikan Itu Penting, Membuat Seseorang Jadi Lebih Baik dengan Versi Terbaiknya Sendiri'

06 Januari 2022 08:15 WIB

Para narasumber di acara peluncuran pesan kampanye Ruangguru #IniBaruJuara, Selasa (4/1/2022). (Riana/HerStory)

HerStory, Bogor —

Aktor Film, Nicholas Saputra, memaparkan pandangannya soal pendidikan di Indonesia. Menurut pemeran Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta itu, tujuan pendidikan sendiri bisa dimaknai sebagai proses membuat seseorang menjadi versi diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Nico, begitu ia karib disapa, yang juga merupakan Duta Belajar Ruangguru, menuturkan bahwa tujuan pendidikan sendiri dapat membuat seseorang menjadi versi yang lebih baik dari dirinya.

“Menurut saya, pendidikan itu untuk semua orang, pendidikan untuk siapa saja, dan menurut saya pendidikan itu tugasnya adalah untuk membuat seseorang menjadi lebih baik, dengan versi terbaik bagi orang itu sendiri.Jadi apapun itu versinya, apapun itu bakatnya, kepandaiannya, dan yang memang disukai, passion, dll. Jadi, senang sekali, tentu penghargaan seperti ini penting sekali buat orang yang sedang belajar mau usianya berapapun, mau di tingkat apapun, karena buat saya dengan begitu kita menemukan keadilan di dalam sistem pendidikan. Karena tujuannya adalah untuk membuat seseorang lebih menjadi versi yang lebih baik dari dirinya, naik satu lagi, naik satu tingkat, jadi bagi sayam apresiasi ini sungguh saya sangat dukung,” kata Nico, saat sesi virtual press conference Ruangguru #IniBaruJuara, sebagaimana dipantau HerStory, belum lama ini.

Lebih jauh, pria berusia 37 tahun ini pun menceritakan pengalamannya selama menempuh pendidikan. Ia pun mengaku, saat sekolah, dirinya termasuk tipikal orang yang lebih menyukai aktivitas di luar akademis atau pendidikan formal.

“Saat sekolah, saya tipenya berubah-ubah. Saat SD mungkin bisa rangking diawal-awal, SMP agak sedikit keteteran, SMA baru pelan-pelan bisa mengejar. Secara akademis ya. Tapi secara bersamaan saya juga tipe yang suka beraktivitas di luar sekolah. Artinya, saya suka memiliki pengalaman atau kegiatan yang ada di luar sekolah. Karena waktu sekolah juga saya sudah main film, sudah melakukan banyak pekerjaan yang menjadi bagian dari hidup saya sampai sekarang. Jadi saya tipe yang seperti itu, saya tipe suka beraktivitas di luar sekolah, di luar konteks akademis yang formal, mungkin di luar mendapatkan juga pelajaran yang informal dari kehidupan, dari dari pekerjaan, jadi ilmu pengetahuan bisa datang dari mana saja,” bebernya.

Kemudian, Nico pun beranggapan, selama ini prestasi akademik kerap dipandang sebagai sebuah pencapaian signifikan dan cerminan nilai diri. Padahal, kata dia, pendidikan juga mencakup pelajaran dan pengalaman di luar institusi pendidikan formal.

“Sepenglihatan saya selama ini, sebenarnya begitu banyak anak-anak yang sebenarnya memiliki banyak potensi yang begitu besar yang memang bukan di akademis. Dan saya bisa melihat kalau bakat anak-anak itu diapresiasi, ataupun dibuat senang belajar, apapun itu, itu mereka bisa menjadi anak yang masa depannya,” tuturnya.

Karenanya, ia pun berharap anak-anak tersebut dapat memiliki ruang, kesempatan, dan apresiasi yang cukup dari sistem pendidikan sehingga mereka tetap percaya diri dan tetap melakukan bidang yang mereka gemari.

“Jadi, saya begitu berharap anak-anak ini punya ruang, punya kesempatan, punya apresiasi yang cukup dari sistem pendidikan kita, sehingga mereka gak minder, mereka akan merasa tetap bisa terus berusaha dan tidak disalahkan kalau mereka menyukai hal yang lain. Tentu nilai akademis menjadi penting, tapi bukan jaminan, pertama saya yakin, dan juga bukan tolak ukur yang satu-satunya. Jadi semua hal tentang kehidupan, tentang pelajaran yang kita bisa dapatkan dari kesukaan kita bermain, kesukaan kita berolahraga, bermusik, itu bisa kita terapkan supaya kita menjadi pribadi yang lebih baik ketika kita setelah lulus sekolah,” terang Nico.

Pria yang memiliki nama lengkap Nicholas Schubring Saputra itu juga berpandangan bahwa pelajaran-pelajaran kehidupan di dunia nyata dari mulai kesabaran, etika, etos kerja, dan kerendahan hati, seharusnya bisa berdampingan dengan ilmu pengetahuan formal. 

Ia pun mengaku tak sepemahaman dengan mindset sebagian kalangan yang meniai pendidikan hanya seputar akademis, dan hanya didapatkan dari instansi formal seperti sekolah. Ia pun menyayangkan, mindset tersebut banyak tertanam pada para orang tua di Indonesia. Ya, tak jarang orang tua menyerahkan keberhasilan anaknya pada sekolah. Padahal kata dia, pendidikan anak tetaplah menjadi tanggung jawab orang tua.

“Bagi saya tentu gak adil kalau kita harus menyerahkan semua hal-hal yang terkait dengan pendidikan itu ke sekolah, ke institusi formal. Tapi memang mengubah mindset itu sulit sekali, kita butuh contoh, butuh waktu juga, kita butuh pembuktian juga bahwa penting sekali pendidikan itu juga berada di rumah, sama orang tua, sama kakak atau adik, dan orang di luar institusi sekolah,” ujarnya.

Menurut Nico, institusi pendidikan yang baik, tentunya bisa merangkum semuanya, baik itu ilmu pengetahuan yang bisa didapat di bidang akademis, dan juga tentang kepribadian.

“Tentu tentang pendidikan yang baik, institusi pendidikan yang baik, tentu merangkum semuanya, baik itu ilmu pengetahuan yang kita bisa di bidang akademis dan juga tentang kepribadian. Tapi yang saya ingat, tentu yang tersisa sama saya sekarang, ilmu pengetahuan itu tentang kesabaran, tentang etos kerja, tentang etika, tentang humanity, tentang hal-hal yang terkait dengan dunia nyata, yang kita berdampingan dengan ilmu pengetahuan. Itu saya dapatkan dari orang tua dan orang-orang di sekitar saya, di luar institusi sekolah,” paparnya.

“Jadi penting sekali untuk mendampingi ilmu pengetahuan yang dimiliki anak dengan hal-hal tersebut, karena itulah yang akan menjaga anak ini ketika dewasa memiliki ruang di dunia pekerjaan, apapun pekerjaannya itu dengan baik,” sambung Nico.

Terakhir, Nico pun mendukung dan mengapresiasi kampanye yang dibuat Ruangguru yang bertajuk #IniBaruJuara. Pasalnya, kata dia, kampanye ini mengusung semangat inklusivitas dan ajakan bagi para pemangku kepentingan di dalam sistem pendidikan.

“Saya senang sekali dengan inisiatif spirit insklusifiti ini. Pesan kampanye ini menegaskan pentingnya pendidikan yang inklusif untuk mencerdaskan anak bangsa. Jadi, pesan saya buat adik-adik, teman-teman pelajar, dengan adanya apresiasi dan juga semangat Ruangguru kali ini mudah-mudahan bisa membangkitkan semangat kalian untuk terus berprestasi, apapun bidangnya, supaya bisa memiliki kebanggaan terhadap diri dan juga bekal untuk kehidupan kalian nantinya. Karena pendidikan untuk semua orang, pendidikan untuk siapa saja yang membutuhkan, dan pendidikan ini penting untuk menjadi pribadi atau menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya,” pungkas Nico.

Artikel Pilihan