Menu

'Anak Laki-laki Kok Cengeng' Moms Jangan Asal Labelli Anak ya, Bisa Berdampak Buruk Lho!

23 Maret 2022 12:45 WIB

Illustrasi anak cengeng (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Tangerang —

Anak yang menangis sudah menjadi hal wajar. Sayangnya, jika anak laki-laki yang menangis kadang suka ada respons dari orang tua yang sangat kurang tepat. Ya, seakan anak laki-laki nggak boleh menangis.

Misalnya ketika anak laki-laki menginginkan sesuatu dan sambil nangis merengek, secara otomatis pasti moms akan bilang "Udah nggak usah nangis, anak laki-laki kuat gak boleh nangis" itu sangat kurang tepat ya moms.

Pandangan anak laki-laki nggak boleh menangis pada dasarnya merupakan sebuah habituasi atau budaya yang belum bisa diubah. Kebanyakan orangtua masih menganggap menangis merupakan simbol kelemahan, dan biasanya yang menangis hanyalah anak perempuan. Makannya, sebagai anak laki-laki, mereka harus kuat (baik secara fisik dan mental), mereka dituntut untuk nggak takut dan jangan menangis.

Padahal faktanya menangis merupakan salah satu bentuk ekspresi perasaan yang sedang dialami seseorang, dan butuh pemaknaan dan nggak ada hubungannya dengan kelemahan dan kekuatan. Selain itu, menangis pun bukan hanya milik perempuan saja. Menangis merupakan bukti jika hati si kecil nggak mati. Dia masih bisa menerima sebuah sinyal ketidaknyamanan, rasa sakit, takut atau perasaan terharus. Selain itu, menangis pun merupakan salah satu cara untuk melepaskan emosi sehingga hati jadi lebih lega.

Sebagai orang tua kita nggak boleh asal memberikan labelling dengan sebutan cengeng, anak lemah, penakut dan lainnya. Labelling seperti ini justru akan membuat mereka terus bertahan dengan kebiasaannya ini, atau bisa jadi mereka akan berubah jadi pribadi yang tertutup. Selain itu moms harus melakukan identifikasi perasaan yang sedang dialami anak. Caranya moms bisa mengajak anak berbicara atau berdiskusi, kemudian tanyakan apa yang membuatnya menangis.

Dengan cara ini, anak akan merasa mendapat dukungan dari orangtua, dan kita jadi tahu apa yang sedang mereka rasakan. Identifikasi inilah yang nantinya bisa kita gunakan untuk mencarikan solusi sebagai pengganti tangisan. Misal, jika anak menangis karena ingin mainan baru, sarankan kepadanya agar langsung memintanya ketimbang hanya menangis. Hal ini tentu berlaku untuk permasalahan lainnya, seperti ketika si kecil dijahili temanya, takut dan lainnya.

Artikel Pilihan