Ilustrasi anak (Unsplash/Caleb Woods)
Apakah Moms sering menakut-nakuti anak saat ia bandel dan rewel? Misalnya “Jangan nakal ya, nanti disuntik dokter!” atau “Makanannya diabisin ya, nanti ditangkap pak polisi!” . Kalimat-kalimat tersebut sering dijadikan senjata oleh kebanyakan Moms karena ampuh bikin anak langsung nurut. Padahal cara-cara tersebut tak dianjurkan,lho Moms!
Daripada menakit-nakuti anak, cobalah untuk memberi penjelasan yang benar. Misalnya katakan pada anak bahwa ia harus menghabiskan makanannya agar punya banyak energi untuk main, bukannya mengancam akan disuntik dokter atau ditangkap polisi.
Menakut-nakuti anak agar ia mau menuruti perintah hanya akan memberi dampak yang tak baik, lho Moms! Melansir dari Halodoc, Kamis (17/9/2020) Moms, perlu tahu! berikut 4 dampak negatif menakut-nakuti anak.
Salah satu dampak nyata dari kebiasaan ini adalah membuat anak tumbuh menjadi sosok yang penakut dan mudah merasa cemas. Sekali atau dua kali, mungkin anak terlihat biasa saja saat ditakut-takuti. Namun jika hal ini dilakukan terus menerus, bisa menjadi pemicu anak menjadi terlalu takut untuk melakukan hal-hal tertentu. Parahnya lagi, kebiasaan ini juga bisa mendorong anak menjadi tak mandiri karena takut untuk melakukan suatu hal tanpa bantuan dari orang lain.
Kebiasaan menakut-nakuti anak juga bisa membuatnya tumbuh menjadi orang yang tak memiliki kepercayaan diri. Saat ditakut-takuti, anak secara tak langsung akan merasa bahwa perbuatannya salah di mata orang lain. Hal itu pada akhirnya akan membuat ia berpikir bahwa apapun yang dia lakukan bisa saja memang salah, sehingga semakin lama kepercayaan dirinya akan tergerus.
Kebiasaan menakut-nakuti sering dilakukan pada anak yang masih berusia 2-3 tahun. Pada usia tersebut, anak-anak umumnya belum dapat mengontrol dengan baik rasa takutnya. Meski seiring berjalannya waktu anak akan mengerti, tak jarang ketakutan yang dipupuk sejak dini ini berubah menjadi fobia.
Salah satu dampak yang bisa terjadi karena kebiasaan menakut-nakuti adalah anak kehilangan kepercayaan. Apalagi jika Moms terbiasa menggunakan hal-hal yang mustahil dalam menakut-nakuti.
Misalnya, saat anak tak menghabiskan makanannya, Moms mengancam akan memanggil dokter untuk menyuntik. Jika ancaman tersebut berulang, saat anak sudah mengerti kelak bahwa dokter tak akan menyuntik hanya karena tak menghabiskan makanan, anak akan menganggap orangtua berbohong dan kehilangan kepercayaan.