Menu

Penelitian: Mutasi 'Diam' Jadi Penyebab Pandemi COVID-19 Sulit Dikendalikan, Apa Maksudnya?

20 Oktober 2020 09:44 WIB

Ilustrasi virus corona. (Unsplash/Fusion Medical Animation)

HerStory, Jakarta —

Pandemi virus corona masih terus berlangsung sejak awal tahun 2020. Di Indonesia bahkan kasus infeksi virus corona masih bertambah setiap harinya. Sangat sulit dikendalikan, rupanya ada penelitian yang mengungkapkan bahwa virus corona melakukan mutasi 'diam'. Apa itu?

Para ilmuwan di Duke University telah mengidentifikasi sejumlah mutasi 'diam' pada sekitar 30.000 huruf kode genetik virus yang membantu virus tersebut untuk berkembang dan menciptakan pandemi global. Mutasi ini membuat jumlah molekul RNA di dalam sel manusia menjadi berlipat ganda.

Penelitian yang diterbitkan 16 Oktober di jurnal PeerJ ini diketahui menggunakan metode statistik yang dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mengidentifikasi perubahan adaptif yang muncul dalam genom SARS-CoV-2 pada manusia.

"Kami mencoba untuk mencari tahu apa yang membuat virus ini begitu unik," kata penulis utama Alejandro Berrio dikutip dari Science Daily (20/10/2020)

Para ilmuwan melaporkan bahwa apa yang disebut mutasi diam-diam di dua wilayah lain dari genom SARS-CoV-2, yang dijuluki Nsp4 dan Nsp16. Ini tampaknya telah memberi virus keunggulan biologis atas galur sebelumnya tanpa mengubah protein yang mereka kodekan.

"Alih-alih memengaruhi protein, perubahan tersebut kemungkinan memengaruhi bagaimana materi genetik virus yang terbuat dari RNA melipat menjadi bentuk dan fungsi 3-D di dalam sel manusia," ujar Berrio.

"Apa yang mungkin dilakukan perubahan dalam struktur RNA ini untuk membedakan virus SARS-CoV-2 pada manusia dari virus corona lainnya masih belum diketahui," lanjut Berrio.

Namun, mungkin virus yang bermutasi 'diam' telah berkontribusi pada kemampuan virus untuk menyebar bahkan sebelum orang menyadari dirinya terinfeksi covid-19. Para ilmuwan pun yakin bahwa hal inilah yang membuat pandemi covid-19 ini jauh lebih sulit dikendalikan daripada wabah virus corona SARS tahun 2003.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana