Menu

Duduki Posisi Direktur AXA Financial Indonesia, Ini Jejak Sukses dan Stigma yang Dipatahkan Cicilia Nina Triana: Role Modelnya, Mama!

28 Maret 2022 07:53 WIB
Duduki Posisi Direktur AXA Financial Indonesia, Ini Jejak Sukses dan Stigma yang Dipatahkan Cicilia Nina Triana: Role Modelnya, Mama!

Cicilia Nina Triana, Direktur AXA Financial Indonesia. (Dok. Pribadi/Edited By HerStory)

Terkait mental health sendiri, Nina mengaku pernah mengalami hal itu. Menurut Nina, siapapun bisa mengalami gangguan kesehatan mental, termasuk dirinya sendiri. Nina mengaku, kesehatan mentalnya terganggu saat tempat kerjanya dulu dilikuidasi.

Nina bilang, seseorang bisa mengalami gangguan kesehatan mental jika orang tersebut berekspektasi terlalu tinggi terhadap suatu hal. Sehingga, saat semuanya tak berjalan seperti yang dipikirkan, orang tersebut akan merasa begitu kecewa. Padahal dia sendirilah yang membangun ekspektasi itu terlalu tinggi.

“Semakin saya belajar ke sini, kenapa orang bisa sampai kena mental health, balik lagi karena ekspektasinya itu tadi. So that’s why, saya banyak merenung. Jadi, balik lagi bagaimana kita me-manage how expectation kita sendiri. Kenapa saya bisa kena mental health? Balik lagi karena ekspektasi aku sendiri. Aku tidak inspect what i expect. Ditambah lagi dengan surrounding kita,” beber Nina.

Menyoal mental health ini, di AXA Financial Indonesia, Nina akhirnya ‘mengkampanyekan’ ilmu yang pernah ia dapat, namanya influencer.

Influencer ini bagus banget mungkin ini sedikit keluar dari topic, jadi influencer ini mencoba melakukan disosiasi dan asosiasi atas diri kita atas semua konsep tentang kita. Dulu orang selalu berpikir, kamu bagus karena kamu. Jadi orang hanya melihat ke diri kita.Tetapi along the way saya belajar bahwa ada lho orang yang sudah fokusnya bagus, belajar bagus, kok enggak sukses juga ya kenapa? Nah di influencer itu dipelajari. Jadi selain personal motivation dan personal capability, orang itu perlu yang namanya habitat. Nah habitat inilah yang kita sebut sebagai social motivation dan social capability. Nah somehow, orang bagus di taruh di habitat yang nggak bagus, bisa jadi jelek. Tapi sebaliknya orang jelek ditaruh di habitat bagus bisa jadi bagus,” beber Nina.

“Jadi yang saya bilang tadi orang yang mentalnya bagus pun bisa kena mental health efek dari social motivation dan social cappaility ini. So be carefull dengan siapa kamu bergaul, So be carefull dengan siapa kamu punya mentor, So be carefull dengan siapa kamu punya bestfriend. itu sangat sangat penting. Dan itu pun bisa diimplementasikan ke dalam kehidupan kita sebagai ibu dan sebagai wanita karir,” sambung Nina.

Lantas menurut Nina, bagaimana cara kita memelihara mental health? Dikatakan Nina, selain harus ‘pintar’ memilih habitat yang disebutnya sebagai social motivation dan social capability, kita juga perlu yang namanya structure motivation dan structure capability.

“Ada orang yang area sosialnya oke juga kok merasa belum maksimal, kita perlu satu lagi namanya adalah structure motivation dan structure capability. Structure motivation itu bentuknya bisa healing. Tapi hati-hati juga, structure motivation yang too much itu akan menjadikan kita addict. Lalu, kita juga perlu yang namanya structure capability. Ini adalah ukuran atau takaran, kalau saya mengukurnya dengan seize our day. Hari ini aku tiap pagi aku bangun baca doa, aku bilang thank you Tuhan buat hari ini dan harusnya hari ini lebih baik dari kemarin. Jadi intinya, yang membuat mental health kita ter-attack, ya karena kita terlalu tinggi berekspektasi, jadi ibaratnya gini cita-cita itu setinggi langit, tapi kakinya gak napak ke tanah,” beber Nina.

Lebih lanjut, Nina pun kerap memberikan waktu sejenak untuk diri sendiri atau me time yang dirasanya juga penting untuk kesehatan dan kesejahteraan mentalnya. Selama ini mungkin ada salah kaprah bahwa menghabiskan waktu untuk diri sendiri itu diasosiasikan harus dengan sendiri. Ada juga orang yang merasa bersalah karena meluangkan waktu sendirian yang semestinya diluangkan dengan orang terkasih. Padahal, kata Nina, me time sejenak penting bagi tubuh dan baik untuk menjaga kesehatan mental.

“Bagi aku sendiri, me time-nya termasuk receh ya. Sekedar upload foto di media sosial, pergi spa, nonton Netflix, aku udah seneng banget. Buat aku sendiri, aku selalu bilang ke tim, pastikan bahwa kamu bahagia dulu, omong kosong ya menurut aku kalau kita ingin memberikan kebahagiaan tapi kita sendiri gak bahagia. So, me time buat aku minta adalah how to make me happy,” tutur Nina.

Baca Juga: Menelisik Kesiapan Industri Asuransi dalam Penerapan PSAK 117

Baca Juga: Selalu Unggul dan Sukses, Ini 3 Zodiak Wanita Independent dan Inspiratif! Kamu Banget Gak Beauty?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: