Ilustrasi anak sedang diangkat yang bisa menjadi pemicu baby shaken syndrome. (Google/Mother and Baby Indonesia)
Moms, siapa sih yang enggak pernah bermain menerbangkan si kecil atau menangkap si kecil selepas dilemparkan ke udara yang tentunya langsung memancing gelak tawa si kecil. Pasti, sangat menggemaskan ya, Moms.
Kita kerap kali melakukan hal heboh sampai mengguncangkan si kecil agar tertawa. Wajahnya memang memperlihatkan riang gembira, tapi lain hal dengan otaknya yang meringis kesakitan.
Shaken Baby Syndrome. Merupakan cedera yang terjadi pada otak si kecil. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya guncangan kencang yang dialami si kecil baik secara sengaja atau pun tak sengaja.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, Shaken baby syndrome tergolong salah satu bentuk kekerasan pada anak, berupa guncangan kepala hebat yang menyebabkan perdarahan retina dan perdarahan otak. Sindrom ini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan gangguan saraf pada anak akibat kekerasan.
Tak cuma pada kondisi sedang bermain, guncangan ini juga kerap terjadi ketika si kecil yang rewel dan orang tua alih-alih menimang atau mengayun dengan ritme yang kencang agar si kecil dapat tenang.
Agar Moms dan Dads bisa lebih hati-hati lagi, berikut 6 fakta Shaken Baby Syndrome yang bisa menimpa si kecil melansir dari laman berbagai sumber (29/7/2021).
Si kecil yang mendapatkan guncangan yang kencang dapat menyebabkan saraf dan pembuluh darah otak robek. Batang otak akan mengalami pergeseran atau perputaran yang bisa memicu terjadinya pendarahan otak.
Sesuatu hal yang awalnya untuk membuat si kecil senang ternyata bisa berujung membawanya pada kematian. Mengguncangkan anak dengan cara mengayun atau mengangkatnya terbang tinggi merupakan bentuk kekerasan anak.
Kondisi ini rentan terjadi pada bayi usia dibawah 2 tahun. 10%-15yi di Amerika Serikat mengalami kematian karena baby shaken syndrome.
Si kecil yang usianya masih dibawah 2 tahun kondisi tulangnya belum kuat maksimal. Akibatnya, baby shaken syndrome ini bisa membuat cedera pada leher dan tulang belakang.
Tanpa disadari, gelak tawanya bisa menurunkan kecerdasan yang ia miliki, Moms. Baby shaken syndrome dapat disembuhkan, tapi setelahnya anak bisa mengalami kecerdasan yang menurun karena mengalami gangguan saraf setelah usianya menginjak lebih dari 6 tahun.
Kondisi ini kerap sulit dideteksi mengingat si kecil yang usianya belum menginjak 2 tahun belum cukup pandai mengekspresikan diri melalui kata-kata. Baby shaken syndrome juga bisa mengakibatkan cedera mata entah itu salah satu atau kedua retina matanya.
Meskipun dampak dari baby shaken syndrome ini cukup menakutkan, sejatinya sindrom ini tetap bisa untuk dicegah kok, Moms. dr. Natharina Yolanda dan dr. Amanda Soebandi, SpA mengatakan, pencegahan baby shaken syndrome ini dapat dilakukan dengan menghindari bermain dengan cara mengguncangkan, mengayunkan, atau melemparkan tubuh bayi.
Nah itu dia Moms, hal kecil yang berawal dari kesenangan ternyata memiliki dampak buruk yang begitu mengerikan. Jadi, lebih hati-hati ya, Moms! Semoga bermanfaat, ya.