Menu

Pandemi Pengaruhi Layanan KB di Masyarakat, Angka Kematian Ibu Pun Meningkat, Begini Strategi BKKBN!

15 Februari 2022 08:29 WIB

Para narasumber di acara konferensi pers dan talk show bertajuk “Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi”, Senin (14/2/2022). (Riana/HerStory)

HerStory, Bogor —

Kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 hingga kini menciptakan sejumlah tantangan dan implikasi negatif pada aspek kesehatan lainnya, salah satunya adalah fenomena kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan (KTD) dan meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB).

Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) pada April 20201 menyebutkan lebih dari 47 Juta wanita kehilangan akses terhadap pelayanan kontrasepsi selama masa pandemi yang berdampak pada meningkatnya KTD hingga mencapai 7 juta kasus karena tidak ada atau kurangnya akses dan edukasi pelayanan kontrasepsi.

Terkait hal itu, Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K), pun tak menampik bahwa pandemi mempengaruhi pelaksanaan layanan kontrasepsi di masyarakat. Akibatnya, angka Unmet meet pun meningkat.

Fyi Moms, Unmet Need adalah adalah kebutuhan KB yang belum terpenuhi. Tingginya angka unmet need di Indonesia berpeluang terhadap tingginya angka kematian ibu, hal itu dikarenakan akibat kehamilan yang tidak diinginkan

“Pandemi memang membuat kita sangat terpengaruh dalam pelaksanaan men-deliver layanan kontrasepsi di masyarakat. Terbukti angka Unmet Need pun meningkat. Jadi mereka yang sebetulnya harus dilayani tapi belum dilayani itu meningkat, ada 18 persen,” tutur dr. Hasto, saat sesi konferensi pers dan talk show bertajuk “Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi”, sebagaimana dipantau HerStorySenin (14/2/2022).

“Tentu saja, adanya Unmet Need yang meningkat ini yang menggelisahkan, karena kalau Unmet need ini meningkat, kehamilan yang tidak dikehendaki itu juga menimbulkan problema di tengah keluarga,” sambung dr. Hasto.

Karenanya, lanjut dr. Hasto, untuk menurunkan AKI maka kebutuhan KB khususnya pemenuhan alat kontrasepsi harus terpenuhi. Gak hanya itu, optimalisasi KB melalui pendampingan dan bimbingan kepada calon peserta KB serta peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB mutlak diperlukan.

dr. Hasto mengatakan, sembari pihaknya terus memperluas akses KB dalam masyarakat, ia pun berharap semua ibu dan keluarganya dapat terus menjaga kesehatan baik pada alat kontrasepsi maupun kesehatan fisik lainnya.

“Inilah makanya kita harus lakukan terobosan-terobosan baru, oleh karena itu BKKBN melakukan berbagai macam cara mulai dari bagaimana mendistribusikan alat kontrasepsi, sampai ke end user dipermudah semudah-mudahnya. Kemudian dukungan anggaran kita mudahkan semudah-mudahnya. Kemudian juga bagaimana juga melibatkan SDM, kita libatkan sebanyak-banyaknya SDM termasuk bidan bidan. Oleh karena itu saya terima kasih kepada KlikKB, KlikDokter, kepada Durex, IBI, yang sangat mendukung sukses pelayanan kontrasepsi ini,” papar dr. Hasto.

Lebih lanjut, dr. Hasto pun mengatakan, kematian ibu hamil akibat pandemi Covid-19 sangat tinggi, bahkan sempat mencapai 10 kali lipat.

Menurutnya, peluang ibu hamil terkena Covid-19 adalah sama besarnya dengan orang lain, namun apabila terkena Covid-19 ibu hamil memiliki risiko yang berlipat kali lebih tinggi. Maka vaksinasi pada ibu hamil ini menjadi sesuatu yang strategis untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

“Angka kematian ibu hamil yang disebabkan oleh Covid-19memang tinggi. Tetapi secara overall, angka kematian ibu di tahun 2020 sudah mengalami penurunan, tidak lagi di angka 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Tetapi beberapa laporan sudah menunjukkan satu penurunan di bawah 250 per 100 ribu kelahiran hidup, ada yang melaporkan sekitar 230 per 100 ribu kelahiran hidup, dan seterusnya. Tetapi angka kematian ibu yang di tahun 2021 belum terekam, belum dilaporkan secara resmi, mungkin nanti awal 2022 ini akan keluar hasilnya,” terang dr. Hasto.

dr. Hasto pun juga menyampaikan harapannya agar penanganan stunting di Indonesia juga bisa dilakukan secara kompak dan bersama lintas sector.

Stunting tidak kalah penting karena stunting akan meninggalkan bekas yang luar biasa menyangkut kualitas SDM Indonesia ke depan. BKKBN sendiri kan sudah mendapatkan tugas untuk menurunkan stunting, dan stunting itu harus diperhatikan betul dari sejak dari dalam kandungan. Ini yang menjadi serius. Tapi saya berterima kasih kepada Ketua IBI yang luar biasa mendukung BKKBN dengan pasukan bidan yang ada di seluruh Indonesia,” pungkasnya.