Menu

Bisa Sebabkan Kematian? Dokter Ungkap ‘Biang Kerok’ Penyakit GERD Itu Ternyata…

10 Februari 2022 18:11 WIB

Ilustrasi terkena Gerd atau Asam Lambung (Freepik.com/jcomp)

HerStory, Bogor —

Beauty, apakah kamu pernah mendengar istilah GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease? Sesuai namanya, penyakit ini menyebabkan sakit pada bagian lambung. Dan, kita lebih mengenal penyakit ini dengan penyakit asam lambung. 

Meski terkesan bukan penyakit berbahaya, kamu jangan sekali-kali menyepelekannya ya, Beauty! Pasalnya, GERD dapat menyebabkan kematian jika sudah terjadi perubahan struktur esophagus dan bertransformasi menjadi kanker esophagus, lho!

Lantas, apa sih sebenarnya penyebab GERD ini?

Menurut Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi di FKUI dan RSCM, ada beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan risiko terjadinya GERD. Seperti, obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat dan skleroderma.

“Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengkonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengkonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengkonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengkonsumsi obat tertentu seperti aspirin,” kata Prof. Ari, saat sesi virtual media briefing, sebagaimana dipantau HerStoryKamis (10/2/2022).

Dan, kata Prof. Ari, bakteri Helicobacter pylori atau H. pylori, diketahui sebagai penyebab utama tukak atau luka di lambung. Bakteri tersebut terdapat di mukosa lambung dan juga banyak ditemukan pada permukaan epitel di antrum lambung.

“Bakteri H. pylori ini dapat bertahan dalam suasana asam di lambung, kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa lambung, dan pada akhirnya dia berkolonisasi di lambung.

Prof. Ari menuturkan, banyak perhatian terfokus pada kemungkinan hubungan antara infeksi H. pylori dan GERD dalam beberapa manifestasinya (Esofagitis dan Barret’s esophagus). Selain itu, H.pylori juga sering menyebabkan gastritis atau radang lambung.

“Jadi, harus diwaspadai untuk penderita gastritis kronis atau yang sudah lama, apakah ada infeksi H.pylori dan sebaiknya melakukan pemeriksaan. H. pylori juga sudah diketahui dapat menyebabkan kanker lambung,” papar Prof. Ari.

Dipaparkan Prof. Ari, secara global, prevalensi GERD adalah 8-33% (semua umur, semua jenis kelamin). Menurutnya, prevalensi GERD di masing-masing negara berbeda-beda, contohnya lebih dari 25% di Asia Selatan dan Eropa Selatan, 18- 27% di Amerika Utara, dan  

Namun sebuah survei online dengan 2.045 responden, menunjukkan bahwa 57,6i mereka menderita GERD yang diketahui dengan mengisi GERD-Quesionnaire (GERD-Q) .

“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD, yaitu dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk sebisa mungkin dihindari,” ujar Prof. Ari.

Lalu, apa yang harus dilakukan jika kita menderita GERD?

Dikatakan Prof. Ari, pada umumnya, penderita GERD akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.

“Perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien GERD. Diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi,” ujar Prof. Ari.

Fyi Beauty, endoskopi saluran cerna dimaksudkan untuk mendeteksi adanya perlukaan pada dinding dalam esofagus bagian bawah, adanya penyempitan, lesi pra kanker atau kanker, dan adanya hiatal hernia.

Dikatakan Prof. Ari, pemeriksaan lanjutan jika dibutuhkan berupa pemeriksaan pHmetri impedans dan manometri. Atau pemeriksaan radiologi sesuai indikasi.

“Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, dokter akan menarik kesimpulan apakah telah terjadi iritasi dan peradangan pada esophagus yang merupakan penanda utama dari GERD,” sambung Prof. Ari.

Lebih lanjut, Prof. Ari pun menegaskan bahwa GERD dapat disembuhkan.

“Nantinya, setelah sembuh yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya,” pungkas Prof. Ari.