Menu

Hampir Punah, Ini 3 Tradisi di Sumatera Selatan yang Patut Dilestarikan

09 April 2021 11:45 WIB

Rumah adat Sumatera Selatan. (Pinterest/SaritaFashion)

HerStory, Bandung —

Sumatra Selatan (Sumsel) dikenal sebagai Bumi Sriwijaya, karena menjadi bekas pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Selain dikenal karena sejarahnya, Sumsel juga mempunyai berbagai budaya dan tradisi unik dan beragam.

Namun sayangnya tradisi unik yang dilakukan masyarakat Sumsel jarang terlihat atau nyaris punah. Padahal, Sumsel sebagai destinasi wisata favorit bisa menjadikan tradisi itu sebagai pemikat wisatawan.

Berikut adalah tiga tradisi asli masyarakat Sumsel yang hampir punah seperti dikutip dari berbagai sumber, (09/04/2021).

1. Bekarang Iwak

Tradisi Bekarang Iwak merupakan sebuah tradisi masyarakat Sumsel untuk menangkap ikan secara bersama-sama di Sungai Lacak. Pada saat tradisi tersebut, masyarakat mengambil ikan secara gratis.

Sebelum membawa ikan ke rumah masing-masing, hasil ikan tangkapan tersebut akan dibedakan berdasarkan ukuran. Ikan besar akan diberikan ke tetua adat untuk dijual, sedangkan hasil ikan kecil dapat dibawa pulang oleh warga.

Hasil penjualan ikan besar tadi bakal dipakai untuk kepentingan bersama seperti membangun masjid, jembatan, dan sebagainya.

2. Tradisi Tepung Tawar

Tradisi Tepung Tawar merupakan sebuah tradisi untuk menyuapkan ketan kunyit dan ayam ke seseorang. Tradisi ini mempunyai 3 jenis, yaitu untuk tolak bala, pernikahan, dan perdamaian. Untuk Tepung Tawar tolak Bbala, biasanya dilakukan oleh keluarga yang sering mengalami kecelakaan atau tertimpa sial.

Tradisi ini dilakukan untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Bedanya dengan tradisi Tepung Tawar di Sumsel tidak menggunakan tepung sebagai bahan makanan.

3. Ngobeng

Ngobeng sebenarnya adab makan yang sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Palembang. Tradisi ini dilakukan di beberapa acara seperti syukuran, pernikahan, hingga perayaan hari besar suatu agama. Dalam tradisi ini, orang-orang akan duduk bersila dan makan bersama membentuk lingkaran. 

Berada di tengah lingkaran akan disuguhkan berbagai lauk pauk. Ngobeng mempunyai sebuah filosofi untuk meningkatkan rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong.

Artikel Pilihan