Menu

Waspada Weight Faltering, Gagal Tumbuh yang Berisiko Stunting pada Anak, Jangan Disepelein Ya Moms!

01 Desember 2021 16:27 WIB

Ilustrasi anak-anak yang memiliki masalah gizi (Shutterstock/Gary Yam)

HerStory, Jakarta —

Moms, anak susah makan atau tak mau makan kerap menjadi tantangan yang harus dihadapi para orang tua. Padahal, di masa pertumbuhan seperti ini asupan gizi dari makanan harus dipenuhi dengan baik, guna mendukung perkembangannya.

Menurut  Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), selaku Pakar Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak, prevalensi masalah makan pada anak, khususnya usia balita ini memang 50-60% terjadi. Tetapi, kata dia, hanya 20-30% yang benar-benar bermasalah dan hanya 1-2% yang mengalami masalah berat dan berkepanjangan. Artinya, 30-40% sebenarnya bukan masalah makan.

“Masalah makan ini penting sekali karena berarti asupan makanan si anak tidak adekuat. Penelitian mengatakan bahwa jika asupan makanan ini kruang dari 50% atau proteinnya kurang dari 33% selama 7 hari akan menurunkan kadar hormon pertumbuhan atau IGF-I,” tutur Prof. Damayanti, saat webinar Meet the Professors, sebagaimana dipantau HerStorybelum lama ini.

Prof. Damayanti melanjutkan, masalah makan pada anak ini tak ayal akan menyebabkan berat badannya tak naik dan disebut weight faltering. Akibatnya, hormon pertumbuhan anak pun akan terganggu atau menurun.

Dan perlu diingat Moms, saat anak weight faltering dibiarkan, lama kelamaan keseimbangan hormon terganggu, sehingga anak menjadi pendek. Pertumbuhan tinggi badannya pun akan berhenti atau berjalan sangat lambat. Anak pun menjadi pendek. Lalu biasanya di usia 18 bulan, anak sudah mengalami stunting.

“Jadi, penurunan hormon pertumbuhan akan menyebabkan pertumbuhan tinggi badan anak otomatis akan terhambat, sehingga jika kita biarkan saja maka anak akan menjadi pendek karena asupan nutrisinya yang kurang. Nah, itulah yang sebut sebagai stunting. Bukan hanya itu, karena stunting itu hanya penanda, makanya stunting ini jadi masalah utama di seluruh dunia, karena hormon pertumbuhan yang menurun juga berpengaruh terhadap otak anak juga. Dan, otak ini kan korelasinya ke kecerdasan, jadi anak yang mengalami stunting, otomatis kecerdasannya akan terhambat,” beber Prof. Damayanti.

Tak berhenti di situ, kata Prof. Damayanti, masalah stunting adalah permasalahan yang sangat penting dalam konteks ketahanan bangsa. Asupan nutrisi yang tidak adekuat yang terjadi pada masa kritis perkembangan otak, yaitu di 1000 Hari Pertama Kehidupan akan menurunkan kemampuan kognitif seorang anak dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular misalnya obesitas, diabetes, penyakit jantung koroner, hipertensi dan lainnya dikemudian hari.

Kemudian untuk jangka panjang bayi yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk memperlihatkan bahwa 65 persen mempunyai IQ dibawah 90 yang berdampak penurunan kemampuan bersekolah menjadi hanya sekitar 7 tahun

“Karena asupan makanannya kurang, badan bereaksi dengan menahan lemak, yang risikonya menyebabkan penyakit kronik. Jadi anak akan mengalami obesitas, diabetes, hipertensi dll. Jadi sekali lagi saya tegaskan, begitu anak mengalami weight faltering maka tinggi badannya juga akan tertahan. Kalau diteruskan atau dibiarkan, si anak bakal mengalami stunting,” paparnya.

Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah stuntingini?

Dikatakan Prof. Damayanti, ada tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam pencegahan dan penanganan stunting. Yaitu, pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang dan intervensi gizi.

Adapun, pemantauan status gizi yang benar, kata Damayanti, yakni dengan memantau tumbuh kembang secara teratur. Dari situ, anak yang berpotensi terkena gizi buruk dapat dideteksi dini, sehingga lebih mungkin untuk diatasi dan tidak merembet hingga ke masalah stunting dan penurunan IQ saat ia dewasa.

Sedangkan tata laksana rujukan berjenjang, dengan mengaktifkan poros posyandu-puskesmas-RSUD. Sementara, intervensi gizi dilakukan dengan edukasi pola makan berbasis protein hewani.

Jadi message-nya adalah kalau anak menolak makan, pertama harus dilihat dulu dia mengalami weight faltering atau tidak. Kalau weight faltering, segera konsultasikan ke dokter anak. Terus kalau dia gak mengalami weight faltering maka lihat lagi pola makannya udah bener atau enggak. Intinya, untuk mendiagnosis dan menangani masalah makan anak dengan benar dibutuhkan klasifikasi yang sesuai serta pendekatan diagnosis dan tata laksana yang praktis,” pungkas Prof. Damayanti.

Nah Moms, dampak stunting ini sungguh luar biasa buruk, ya. Sebelum terlambat, ada baiknya Moms memaksimalkan asupan nutrisi agar si kecil bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal hingga kelak ia dewasa, ya.

Semoga informasinya bermanfaat!